Jakarta: Galungan dan Kuningan, perayaan sakral untuk meningkatkan iman, kekuatan rohani, dan meminta keselamatan pada Dewa, Bhatara/Pelindung, dan Para Pitara/”Dewa Hyang”. 

Bagi umat Hindu di Bali, Hari Raya Galungan dan Kuningan merupakan momen untuk meningkatkan kualitas iman dan memotivasi diri dengan rasa syukur kepada Tuhan.

Dalam merayakan dua Hari Raya suci ini, biasanya umat Hindu di Bali mengadakan upacara sejak pagi dari persembahyangan di rumah masing-masing lalu dilanjutkan dengan ibadah ke pura.

Penasaran apa saja yang dilakukan orang Bali untuk memperingati perayaan ini? Berikut ini beberapa rangkaian kegiatan terkait Galungan dan Kuningan.

 

1. Tumpek Wariga

(Tumpek Wariga. Foto: Dok. Instagram SMK Negeri 2 Kintamani/@smknegeri2kintamani)

Ini merupakan tradisi masyarakat untuk merayakannya dengan mengaturkan banten (sesajen) yang berupa Bubuh (bubur) Sumsum berwarna. Tumpek Wariga jatuh 25 hari sebelum Galungan yang memuja Sang Hyang Sangkara sebagai Dewa Kemakmuran dan Tumbuhkan Keselamatan. 

Pada hari ini, semua pepohonan disirami tirta wangsuhpada/air suci yang dimohonkan di sebuah Pura/Merajan dan diberi sesajen berupa bubuh tadi disertai canang pesucian, sesayut tanem tuwuh, dan diisi sasat. 

Setelah selesai, pohon pemilik akan menggetok atau mengelus batang pohon sambil berharap agar pohon yang diupacarai dapat segera berbuah untuk upacara Hari Raya Galungan.

 

2. Sugihan Jawa

Sugihan Jawa adalah hari pembersihan/penyucian segala sesuatu yang berada di luar diri manusia (Bhuana Agung). Pada hari ini umat Hindu melaksanakan upacara yang disebut Mererebu atau Mererebon.

Upacara Ngerebon bertujuan untuk menetralisir segala sesuatu yang negatif pada Bhuana Agung, lalu disimbolkan dengan pembersihan Merajan dan Rumah. 

Pada upacara Ngerebon ini, di lingkungan Sanggah Gede, Panti, Dadya, hingga Pura Kahyangan Tiga/Kahyangan Desa akan diberikan sesaji. Sugihan Jawa dirayakan setiap hari Kamis Wage wuku Sungsang.

 

3. Sugihan Bali

Setelah pembersihan luar (Jawa), kemudian ada Sugihan Bali yaitu pembersihan diri sendiri/Bhuana Alit. Tata cara pelaksanaannya adalah mandi, melakukan pembersihan secara fisik, dan memohon Tirta Gocara kepada Sulinggih sebagai simbolis penyucian jiwa raga untuk menyongsong hari Galungan yang sudah semakin dekat. Sugihan Bali dirayakan setiap hari Jumat Kliwon wuku Sungsang.
 

4. Hari Penyekeban

Hari Penyekeban ini dirayakan setiap Minggu Pahing wuku Dungulan. Hari Penyekeban memiliki makna filosofis “nyekeb indriya” yang berarti mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agama. 
 

5. Hari Penyajan

Menurut kepercayaan, pada hari Penyajan umat akan digoda oleh Sang Bhuta Dungulan untuk menguji sejauh mana tingkat pengendalian diri umat Hindu menuju Galungan. Hari ini dirayakan setiap Senin Pon wuku Dungulan.
 

6. Hari Penampahan

Hari Penampahan jatuh sehari sebelum Galungan, tepatnya pada hari Selasa Wage wuku Dungulan. Pada hari tersebut, umat akan disibukkan dengan pembuatan penjor sebagai ungkapan syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang diterima selama ini.

Nandhita Nur Fadjriah

(TIN)


Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.