New Delhi: Devanshi Sanghvi, pewaris bisnis perhiasan Sanghvi and Sons di India yang bernilai jutaan dolar, memutuskan untuk menjadi biksu. Dia meninggalkan kesenangan duniawi.
 
Bocah perempuan berusia 8 tahun itu menjadi seorang biksuni ke dalam ordo religius yang ketat. Dia dikenal sebagai pewaris bisnis yang terletak di kota Surat, India yang secara lokal dikenal dengan julukan ‘Kota Berlian’ karena keunggulannya dalam perdagangan permata dalam skala global. 
 
Berdasarkan lembaga pemeringkat kredit India (ICRA), bisnis keluarganya itu didirikan pada 1981 dan memiliki kekayaan bersih sebesar lima miliar rupee atau sekitar Rp931 Miliar. 





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Keluarganya menganut kepercayaan Jain, yakni suatu agama yang menolak kenikmatan duniawi, anti kekerasan, vegetarisme yang ketat, dan cinta kepada semua makhluk besar dan kecil. 
 
Pekan ini, Sanghvi akan dijamu dalam upacara yang digelar selama empat hari untuk mengumumkan panggilan barunya. Berdasarkan gambar yang diunggah di media sosial, gadis itu menaiki kereta yang ditarik oleh gajah.
 
Pada Rabu, dia tiba di sebuah kuil untuk menukar pakaian rumitnya dengan pakaian katun putih sederhana, setelah semua rambutnya dihilangkan.
 
Melansir AFP, seorang saksi anonim mengatakan, Sanghvi cukup dikenal di antara anggota komunitas Jain Surat karena kesalehannya, bahkan ketika dirinya masih kecil.
 
“Devanshi tidak pernah menonton televisi, film atau pergi ke mal dan restoran,” kata mereka, seraya menambahkan bahwa gadis itu sering hadir di upacara kuil.
 
Bocah itu menjadi salah satu orang termuda yang mengikuti upacara ‘diksha’ untuk meninggalkan harta benda mereka dan menjadi biksu Jain.
 
Menurut media lokal, orang tua Sanghvi mengatakan bahwa dia sangat ingin menjadi biksuni. Yang mana, para keluarga yang menganut agama Jain kerap mendorong anak-anak mereka menjadi biksu untuk meningkatkan status sosial kerabat mereka.
 
Jainisme memiliki lebih dari empat juta pengikut di India, seperti keluarga Sanghvi yang berasal dari komunitas perdagangan yang makmur.
 
Pengikut agama ini harus menjalani diet vegetarian yang ketat. Bahkan, sejumlah biksu dan biksuni menutupi mulut mereka dengan kain untuk mencegah tertelan serangga.
 
Meski demikian, agama ini kerap mendapat kecaman karena beberapa praktik ritualnya, terutama tradisi puasa ekstrem hingga tewas.
 
Sebelumnya, seorang gadis berusia 13 tahun di Hyderabad, India mengalami koma dan meninggal pada 2016 saat melakukan puasa dua bulan sebagai tindakan penebusan dosa. Bocah malang itu hanya hanya diperbolehkan minum air hangat dua kali sehari.
 
Alhasil, orangtua gadis itu didakwa oleh polisi dengan pembunuhan dan menjadi sasaran kemarahan publik atas klaim bahwa keluarga telah memaksanya berpuasa. (Jessica Gracia)
 

 

 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
 

(FJR)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.