TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock meyakinkan dukungan Berlin untuk Ukraina tidak akan berhenti walau suplai enegi dari Rusia berkurang. Janji itu disampaikan Baerbock dalam kunjungan kenegaraannya ke Kyiv.

“Kami akan berdiri bersama Ukraina selama mungkin,” kata Baerbock.

Menurut Baerbock, dukungan Jerman ke Ukraina di antaranya pengiriman senjata, bantuan kemanusiaan dan bantuan keuangan.

 Petugas pemadam kebakaran bekerja di lokasi rumah yang dihancurkan oleh serangan rudal Rusia, saat serangan Rusia di Ukraina berlanjut, di Kramatorsk, Ukraina 29 Juli 2022. Layanan pers Administrasi Militer Daerah Donetsk/Handout via REUTERS

Sebelumnya pada Mei 2022, Baerbock telah mencatatkan diri sebagai pejabat tinggi dari Pemerintah Jerman yang mengunjungi Kyiv sejak Ukraina diinvasi oleh Rusia. Invasi tersebut lebih suka disebut Rusia sebagai sebuah operasi militer khusus.

Sementara itu, surat kabar Die Welt berdasarkan sumber di German Association for Out of Home Advertising (FAW) mewartakan Jerman baru saja menyetujui untuk mematikan lampu iklan di billboards di malam hari demi menghemat energi.  

    

Di bawah sejumlah aturan baru, yang disusun oleh Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck, papan reklame yang menyala dan lampu neon di seluruh Jerman harus dimatikan pada malam hari atau mulai pukul 10 malam sampai jam 4 pagi. Aturan ini berlaku mulai 1 September 2022.

Akan tetapi, Direktur Perencana FAW Kai-Marcus Thäsler mengatakan aturan ini akan sulit diterapkan. Menurutnya, lembaganya kekurangan pendanaan, bahan-bahan dan tenaga kerja terampil serta pencahayaan untuk system-sistem iklan di luar ruangan adalah sebuah sumber panas, yang bisa mencegah panel berembun dan membeku.

Ukraina adalah negara bekas pecahan Uni Soviet, yang ingin menjadi negara anggota NATO dan Uni Eropa. Tindakan Ukraina itu, dipandang Moskow bisa mengancam keamanan dan pengaruh Rusia.

Jerman pada Mei 2022 lalu, pernah berjanji memasok Kyiv dengan tujuh howitzer self-propelled, menambah lima sistem artileri seperti yang dijanjikan Belanda. Tetapi Berlin sempat dituding Ukraina terlalu lamban dalam mengirimkan senjata berat sementara konflik telah berubah menjadi perang artileri.

Penasihat Presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak, mengatakan Ukraina membutuhkan seribu howitzer, 500 tank, dan seribu drone di antara senjata berat lainnya.

Sumber: Reuters | RT.com   

Baca juga: Perang Rusia Ukraina Membuat Jerman Merugi, Diprediksi Tembus Rp 3,9 Kuadriliun

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.          


Artikel ini bersumber dari dunia.tempo.co.