terbaik.co.id – Akhir-akhir ini bergulir wacana mengenai rencana pemerintah yang akan menaikkan harga BBM subsidi.

Hal itu setelah sebelumnya disinggung Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan, yang menyebut kenaikan harga BBM itu akan diumumkan langsung oleh Presiden Jokowi.

Rencana mengerek harga BBM bersubsidi tersebut ditempuh pemerintah lantaran harga yang dijual Pertamina dinilai jauh lebih murah dari harga keekonomian yang berlaku.

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari akun Twitter Kemenkeu, harga BBM jenis Pertalite , Solar, Pertamax, hingga LPG 3 kg yang dijual Pertamina saat ini jauh lebih rendah dari harga yang seharusnya karena pemerintah memberikan bantuan yang dikenal sebagai subsidi.

Berikut rincian harga BBM jenis Pertalite , Solar, Pertamax, dan LPG 3 Kg jika tidak disubsidi pemerintah.

1. Pertalite

– Harga seharusnya: Rp14.450 per liter

– Harga jual ecer: Rp7.650 per liter

– Selisih harga/ subsidi dari pemerintah : Rp6.800 per liter atau 47,1 persen

2. Solar

– Harga seharusnya:Rp13.950 per liter

– Harga jual ecer: Rp5.150 per liter

– Selisih harga/ subsidi dari pemerintah: Rp8.800 per liter atau 63,1 persen

3. Pertamax

– Harga seharusnya:Rp17.300 per liter

– Harga jual ecer: 12.500 per liter

– Selisih harga/ subsidi dari pemerintah: Rp4.800 per liter atau 27,7 persen

4. LPG 3kg

– Harga seharusnya:Rp18.500 per kilogram

– Harga jual ecer: 4.250 per kilogram

– Selisih harga/ subsidi dari pemerintah: Rp14.250 per kilogram atau 77 persen

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, jika pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan terkait penyesuaian harga BBM subsidi, kemungkinan besar pemberian subsidi energi akan bengkak Rp195,6 triliun.

Pada awalnya, pemerintah mengalokasikan anggaran subsidi BBM sebesar Rp502 triliun, sehingga jika tidak ada kebijakan baru, pada tahun ini pemerintah mesti merogoh kocek hingga Rp698 triliun untuk mensubsidi BBM .

Adapun penyebab membengkaknya anggaran subsidi BBM itu menurut Menkeu dipengaruhi 3 faktor.

Pertama, tren harga minyak naik, saat ini, minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) naik dari 100 dolar AS per barel menjadi 105 dolar AS per barel.

Kedua, nilai tukar rupiah yang melemah dari Rp14.450 per dolar AS menjadi Rp14.700 per dolar AS.

Dan ketiga, kenaikan volume konsumsi masyarakat. Ada kenaikan volume konsumsi Pertalite sebanyak 126 persen dari alokasi awal 23,05 juta kiloliter menjadi 29,07 liter.

Sedangkan volume konsumsi Solar naik mencapai 115 persen dari kuota awal 15,1 juta kiloliter menjadi 17,44 juta kiloliter.***