SURYA.CO.ID, KOTA SURABAYA – Perayaan Tahun Baru Imlek di 2023 berbeda dibanding tahun sebelumnya. Seniman Barongsai di Surabaya pun merasakan dampaknya secara langsung ramainya undangan di sejumlah tempat, sejak meredanya pandemi Covid-19.

Chriswanto Agus Hariono terlihat masih sibuk mengomando anggotanya ketika ditemui wartawan belum lama ini. Pembina klub Wushu Barongsai Lima Naga Surabaya ini baru menyelesaikan penampilan di halaman Alun-alun Surabaya.

“Hari ini belum selesai. Setelah dari sini, kami masih bermain di empat lokasi lagi,” kata Chriswanto yang ditemui di sela kesibukannya.

Diakui olehnya, undangan pementasan Barongsai telah meningkat selama beberapa hari terakhir. Ini berbeda dibanding tahun sebelumnya. Puncaknya pada perayaan Tahun Baru Imlek, klubnya bisa pentas di lima titik dalam semalam. “Apabila dibanding sebelum pandemi, ini masih di bawah. Namun apabila dibanding saat pandemi, ini jauh lebih banyak,” jelasnya.

Ia bersyukur, pihaknya kembali bisa tampil membawakan Barongsai. Sudah beberapa tahun belakangan, pementasan hanya dilakukan terbatas. Pembatasan kerumunan sebagai bagian protokol kesehatan membuat pertunjukan tidak bisa digelar. “Alhamdulillah, sekarang bisa tampil setelah beberapa tahun terakhir tidak bisa akibat pandemi,” ujar Chriswanto.

Pada penampilan di Alun-alun misalnya, ia mengaku baru sekali diundang di tempat ini. “Kami khusus diundang Dinas Kebudayaan Pemuda dan Olahraga serta Pariwisata,” ungkapnya.

Pergelaran barongsai di Alun-alun Surabaya merupakan rangkaian dari peringatan Tahun Baru Imlek yang digelar Pemkot Surabaya. Dalam acara ini, masyarakat bisa menonton secara gratis. Animo masyarakat dalam acara ini pun cukup tinggi. Ada ratusan orang berkumpul di halaman Alun-alun Surabaya untuk melihat penampilan Chriswanto dkk.

Dalam sekali penampilan, ia membawa 20 anggota. Mereka merupakan penari sekaligus pemusik. Tiap penampilan biasanya ada Barongsai lantai, Leang Leong (naga), dan kombinasi antara Barongsai dan Leang Leong.

Dengan padatnya jadwal undangan, pihaknya biasanya bisa menerjunkan tiga tim sekaligus. “Sebab biasanya harus manggung di tiga tempat secara bersamaan,” jelasnya.

Ia menerangkan, Barongsai saat ini bisa diterima lebih banyak lapisan masyarakat. Tidak hanya di perayaan agama, namun juga berbagai kegiatan lainnya. “Mulai ulang tahun, sunatan, hingga pernikahan. Bahkan bukan hanya di acaranya orang Tionghoa, namun juga adat Jawa sebagai pengiring pengantin,” kata pria 57 tahun ini.

Selain pentas pertunjukan, Barongsai juga mulai menjadi cabang olahraga. Di bawah Federasi Olahraga Barongsai Indonesia (FOBI), Barongsai disebut akan masuk dalam salah satu cabang olahraga di Pekan Olahraga Nasional (PON).

Menurutnya, ini menjadi kabar baik dalam hal pelestarian budaya. Masyarakat semakin terbuka dan bisa mendukung alkuturasi budaya. Tidak hanya masyarakat Tionghoa, penonton umum pun semangat untuk menyaksikan. Bahkan penarinya pun juga berasal dari berbagai macam etnis.

“Sekarang, Barongsai masuk tuga kategori. Yakni, olahraga, ritual keagamaan, dan pariwisata. Di tiga kategori ini, barongsai bisa tampil,” kata pria yang juga Ketua Bidang Pembinaan Prestasi (Binpres) FOBI Jawa Timur ini. ****


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.